Para pakar hama tanaman Univer- sitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta memprediksikan serangan hama ulat bulu yang sudah menjalar ke beberapa kecamatan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur akan terus meluas hingga akhir April 2011 mendatang. Hal itu diprediksikan setelah tim hama UGM melakukan survey singkat di wilayah serangan hama tersebut beberapa waktu lalu.
Pakar hama UGM, Saputra mengatakan, ulat bulu yang saat ini masih menyerang bebera pa kecamatan di Probolinggo tersebut sudah memasuki fase kepompong akhir Maret lalu.
“Setelah kepompong terbentuk maka akan
muncul kupu-kupu ngengat dalam jumlah banyak dan diikuti peletakan telur dari ngengat-ngengat itu dan itu akan menjadi ulat bulu kembali dan jumlahnya tentu akan semakin banyak,” tandasnya di UGM, Kamis (6/4).
Karenanya dia memprediksikan pada April 2011 mendatang jika tidak ada tindakan pence- gahan secara serentak, maka jumlah ulat bulu yang menyerang wilayah itu akan semakin banyak dan semakin meluas. Pasalnya jumlah telur yang dihasilkan ngengat pada awal April ini akan berlipat ganda dari jumlah ulat bulu yang saat ini menyerang Probolinggo.
“Setiap ngengat betina bisa menghasilkan 300 butir telur dan kemampuan menetas telur ngengat sangat cepat. Bisa dibayangkan jika seluruh ngengat yang nanti keluar dari kepompong itu bertelur semua dan semua telur menetas, berapa ulat bulu yang akan menyerang kabupaten itu,” jelasnya.
Berdasarkan survei singkat yang dilakukannya, usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah meluasnya wabah tersebut dengan melakukan pengendalian.
“Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sinergis PHT (Pengendalian Hama Terpadu), yakni memberdayakan musuh alaminya yakni parasitoid larva pupa dan parasitoid larva,” tambahnya.
Sementara itu menurut Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan UGM, Susanto, wabah ulat bulut dari catatan Fakultas Pertanian UGM memiliki ciri yang sama dengan sejumlah wabah seperti hama lamtoro gung dan hama pada tanaman jeruk.
Kejadian tersebut dipicu oleh rusaknya jaringan rantai makanan dan sistem pertanian monokultur. Seperti diketahui di Probolinggo itu masyarakatnya banyak membudidayakan mangga arumanis.
“Memang jenis ulat ini tumbuhan inangnya adalah mangga jenis arumanis yang banyak dibudidayakan masyarakat Probolinggo,” terangnya.
Dengan kondisi yang sudah terjadi, wabah ulat bulu tersebut sangat mungkin meluas. Hal itu dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi tinggi dari ulat, yang diketahui berasal dari spesies Arctomis sp dan Lymantaria atemeles Collenette tersebut. Larva dari ulat bulu tersebut dapat bertahan hingga akhirnya menemukan tanaman inang yang tepat.
Guna mencegah agar ulat bulu tidak masuk ke rumah, warga Desa Kedawung Wetan, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur mengolesi pojok-pojok rumah dengan oli. Selain itu warga juga menyirami air dan memotong pohon yang menjadi sarang ulat bulu.
Cara manual ini hanya untuk mengantisipasi penyebaran ulat bulu yang hingga hari ke-11 ini belum mereda.
Penyemprotan pestisida oleh Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo pada belum mampu menghambat penyebaran ulat bulu. Penyemprotan hanya membasmi ulat di daerah yang dipestisida, namun tidak bisa menghambat laju perkembanganbiakan kupu-kupu dalam menghasilkan telur-telur ulat bulu.
Populasi ulat bulu yang telah menyebar di sejumlah desa di Kecamatan Leces, Kecamatan Tegalsiwalan, Kecamatan Bantaran, Kecamatan Sumberasih dan Kecamatan Wonomerto, diperkirakan mencapai jutaan ekor.
Saat ini, ulat-ulat bulu tersebut sebagian telah bermetamorfosis menjadi kepompong. Warga kawatir, jika kepompong itu telah berubah menjadi kupu-kupu akan berkembang biak lebih banyak lagi.
“Kami terpaksa memotong pohon untuk mencegah perkembang biakan ulat menjadi kepompong dan kupu-kupu. Kami juga berharap agar Pemkab Probolinggo terus melakukan upaya pencegahan dengan penyemprotan pestisida,” ujar Subekti, warga Desa Kedawung Wetan, Kamis (31/3/2011).
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo Hasyim Ashari berharap warga juga berpartisipasi aktif memberantas wabah ulat ulat bulu. Warga yang sebagian petani bawang, diharapkan dapat mempergunakan alat penyemprotnya untuk menekan perkembang biakan ulat bulu.
Untuk keperluan tersebut, pihaknya juga telah memberikan bantuan obat/pestisida cair kepada warga. Dengan alat semprot yang dimiliki, warga bisa melakukan penyemprotan disejumlah tempat yang menjadi sarang ulat atau kepompong.
"Beberapa tempat yang menjadi tempat berkembang biak ulat dan kepompong berada di daerah lembab. Seperti tanaman, pohon maupun sudut-sudut rumah warga. Di lokasi ini harus segera diantisipasi dengan penyemprotan pestisida," jelas Hasyim.
Proses perkembangbiakan ulat menjadi kepompong, lanjut Hasyim Ashari, membutuhkan waktu selama 10 hari. Dari kepompong menjadi kupu-kupu juga membutuhkan waktu sekitar 10 hari. Perubahan menjadi kupu-kupu ini berpotensi berkembang biak lebih luas lagi.
0 komentar:
Posting Komentar